Urusan Jaminan Kesehatan BPJS Kesehatan Pilihan Tepat
Listiani Peserta JKN-KIS Mandiri
SURABAYA, JATIM, BN – Urusan jaminan kesehatan, BPJS Kesehatan adalah pilihan tepat bagi Listiani (49) sosok perempuan mandiri paska suaminya meninggal belum lama ini.
Ditemui bidiknasional.com di halaman kantor BPJS Kesehatan Surabaya, Senin 13 September 2021, Listiani memaparkan apabila dihitung, biaya penyakit yang dideritanya sejak tahun 2015 sampai sekarang, jumlah biayanya sangat besar.
” Saya penderita penyakit diabet mas. Sejak tahun 2015 sampai sekarang, rutin berobat dan mengandalkan kartu KIS, ” tutur Listiani sambil menunjukkan kartu kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) miliknya.
Sempat mendaftar diawal pada tahun 2015 sebagai peserta BPJS Kesehatan kelas dua di segmen mandiri Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) bersama suami kata Listiani, BPJS kesehatan memberikan pilhan bijaksana bagi anggotanya.
“Ketersediaan kelas, pilihan cerdas agar masyarakat dapat mengukur kemampuan premi pembayarannya serta tidak telat membayar iuran, ” terangnya.
Perempuan warga Kendangsari Surabaya ini mengatakan, turun kelas bukan satu hal yang memalukan. Pilihan tersebut sangat membantunya karena motivasi sebagai penderita diabet, berobat tetap jalan terus dan sembuh.
” Sekarang kami terdaftar sebagai peserta mandiri aktif kelas tiga. Tidak masalah kok pak. Asal iurannya kami bayar, kapanpun dimanapun Kartu KIS kami menjadi penguat imun tanpa harus repot memikirkan biaya,” ujarnya.
” Cukup bayar rutin perbulan, aman pak,” imbuhnya.
Berbicara latar belakang sakit yang dideritanya, wanita yang memiliki usaha sebagai pedagang Warkop (Warung Kopi-red) ini mengaku jika dalam setiap bulan harus menjalani rutinitas kontrol baik ke faskes tingkat pertama maupun rumah sakit.
“Selain menderita diabet saya juga memilki sakit darah tinggi. Kontrol rutin setiap bulan ke rumah sakit Royal Surabaya dan pertiga bulan sekali harus meminta perbaharuan surat rujukan yang dikeluarkan Puskesmas Tenggilis ,” bebernya.
Dijelaskannya, dalam satu bulan wajib berobat ke poli penyakit dalam bisa 4 sampai 5 kali kunjungan. ” rutin pokoknya pak, setiap pulang selalu membawa banyak obat dari apotik,” kata Listiani.
” Tidak bisa dibayangkan jika semua itu harus saya bayar dengan uang pribadi. Mungkin sekali kontrol biaya yang harus saya keluarkan bisa sampai 500 ribu -600 ribu. Dan itu terhitung enam tahun sekarang. Coba bapak bantu hitung,” tambah Listiani sambil tersenyum.
Dirinya menegaskan, adanya program BPJS kesehatan sangat membantu dan menolong bahkan meringankan. ” Berat diongkos kalau pakai uang sendiri. Cek laboratorium lengkap saja, kadang sampai 12 kali dalam tiga bulan, tergantung kondisi,” kata dia.
Sementara itu, selama Listiani mondar mandir berobat,ia selalu membawa bekal makanan dan minuman. Operasional dengan menggunakan kendaraan roda dua milik sendiri.
Menurutnya, Program BPJS kesehatan adalah mutlak menjadi pilihan utama masyarakat. Selain semua biaya ditanggung ,iuran perbulan kelas tiga per satu orang hanya 35 ribu rupiah ,sekaligus meng-iur juga saling membantu masyarakat sesama anggota BPJS yang lain.
” Sodaqoh tidak terasa dan kita pun untung,” tutup Listiani. (*/boody)