SURABAYA, bidiknasional.com – Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur berhasil meraih penghargaan terbanyak dengan 4 penghargaan yaitu Juara 1 Capaian MOP Tingkat Provinsi, Juara 3 Total Capaian Pelayanan MKJP di Rumah Sakit, oleh RSIA KIRANA, Kabupaten Sidoarjo, Juara 2 Total Capaian Pelayanan MKJP di Praktek Mandiri Bidan (PMB), Oleh Bidan Tutut, Kota Pasuruan, dan Rumah Sakit Unggulan Pelayanan KB, oleh RS AURA SYIFA, Kabupaten Kediri.
Atas capaian ini Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd, Selasa (28/9) mengucapkan selamat dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah Daerah, OPD-KB Kabupaten/Kota, Bidan, PKB, PPKBD, Sub PPKBD atas dukungan terhadap kesuksesan program Bangga Kencana di Jawa Timur, serta tak lepas peran dan kerjasama dari berbagai Fasilitas Kesehatan dan mitra kerja.
“Kita harus mempersiapkan kualitas SDM dari sekarang, sudah waktunya fokus pada pembangunan manusia, termasuk program di tahun 2021 yakni penurunan jumlah angka stunting, program Bangga Kencana dapat sukses dilaksanakan pada masa Pandemi Covid-19 dan tantangan penurunan angka Stunting di Jawa Timur dapat segera dilaksanakan secara konkrit integratif dan komprehensif, melalui peran seluruh sektor di tingkat Provinsi dan Kabupaten serta Kota,” papar Teguh.
Sementara itu Kepala BKKBN Dr. (HC). dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) pada acara Puncak Kegiatan Pencanangan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Bersama Mitra Kerja Tahun 2021 dalam rangka memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia yang jatuh setiap 26 September yang diselenggarakan secara virtual di Auditorium BKKBN, Jakarta, Senin(27/9), mengatakan, angka stunting yang masih tinggi yaitu di angka 27,67% menunjukkan bahwa generasi saat ini sepertiganya masih belum berkualitas dengan baik.
“Perlu kami sampaikan disini bahwa stunting itu punya 3 konsekuensi. Konsekuensi yang pertama adalah postur tubuhnya jadi tidak memenuhi syarat untuk bersaing, semua stunting pendek tetapi orang pendek belum tentu stunting. Kedua, orang stunting ini intelektualnya tidak bisa mencapai optimal sehingga untuk bersaing menjadikan orang yang cerdas dan memiliki pengetahuan yang tinggi agak berat. Ketiga, orang yang stunting pada hari tuanya usia 45 tahun keatas mudah sakit-sakitan, sakitnya bisa gangguan metabolisme seperti kencing manis atau bisa juga gangguan kardiovaskuler seperti tekanan darah tinggi, stroke, kemudian serangan jantung. Itulah orang stunting, masa kecilnya tidak bisa bersaing masa tuanya cepat tidak produktif karena kemudian tidak sehat,” terangnya.
dr. Hasto menambahkan, mencegah stunting itu penting untuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
“Jujur kalau saya ditanya apa nilai tukarnya Sumber Daya Alam (SDA), ketika SDA diambil sehingga akhirnya habis maka satu-satunya nilai tukar yang nilainya sama adalah kualitas SDM karena suatu wilayah tetap akan bisa hebat dan kaya meskipun SDA nya sudah habis kalau SDM nya unggul. Ini jelas kita lihat di beberapa negara tidak punya SDA tetapi SDM nya unggul tetap hebat dan sukses, yang punya SDA tapi SDM nya tidak unggul malah justru tidak hebat,” ujar dr. Hasto.
Dijelaskannya, ada satu kunci yang perlu diketahui bersama bahwa jarak antara hamil yang satu dengan hamil yang berikutnya, kemudian jarak antara melahirkan satu dengan melahirkan berikutnya sangat berkorelasi dengan stunting dan sangat berkolerasi dengan autisme.
“Oleh karena itu sudah jelas bahwa kalau habis melahirkan tidak memakai kontrasepsi kemudian nanti hamil lagi jaraknya kurang dari 2 tahun maka peluang untuk terjadi stunting cukup besar, peluang untuk menjadi autisme sangat besar, peluang untuk anaknya menjadi mental emotional disorder cukup besar. Inilah sebab kenapa kontrasepsi menjadi penting, jarak kelahiran menjadi penting dalam rangka untuk melahirkan generasi yang unggul bebas dari stunting,” imbuhnya.
Program stunting ini lanjutnya, akan dikuatkan dengan PKK, kemudian juga dengan Kepala Daerah, dengan organisasi profesi sebagai pendamping keluarga di tengah-tengah masyarakat.
“Saya akan mendukung sepenuhnya kepada para Gubernur, dan BKKBN menyediakan anggaran melalui DAK, BOKB maupun DAK fisik yang langsung kita berikan ke daerah-daerah,” jelasnya. (dji)