Widodo Hastjaryo Kepala Monumen saat bersama para insan pers dan Diskominfo Kabupaten Magetan, Jum’at (3/12) dalam agenda Media Gathering
MAGETAN, bidiknasional.com – Monumen Pers Nasional yang sebelumnya bernama Musium Pers Nasional di bawah jajaran Kementerian Komunikasi & Informatika Republik Indonesia Direktorat Jenderal imigrasi dan Komunikasi Publik di kota Solo itu merupakan tempat berkumpulnya para para insan Media masa atau Surat Kabar setelah berdirinya negara Republik Indonesia 1945 yang berdiri baru beberapa bulan saja yaitu pada tahun 1946 yaitu menyatakan sikap bersama melawan Belanda dan sekutunya ujar Widodo Hastjaryo Kepala Monumen saat bersama para insan pers dan Diskominfo Kabupaten Magetan, Jum’at (3/12) dalam agenda Media Gathering .
Menurut keterangan Widodo, beberapa Tokoh insan pers yaitu ; Mochtar Lubis, Trisno Yuwono, Ir Soekarno, Parada Harahap., Ki Hajar Dewantara, S. Tasrif, Roehana Koedoes ( Santos ) dan sebagainya ada 20 org berkumpul di Monumen ini .
” Awal mula nya berasal dari peliputan Kongres Bahasa Indonesia di Yogyakarta, para elite muda dari berbagai media massa atau surat kabar dari Jakarta, Yogyakarta dan Surakarta bersepakat untuk bersama-sama untuk menyelenggarakan Kongres Wartawan yang pertama dan akhirnya pada 9 Februari 1946 di Surakarta ( Monumen ini ) terlaksananya Kongres Wartawan ke 75 Tahun dalam tujuan utama dalam kongres itu adalah Pembentukan suatu perhimpunan wartawan “, ungkap Widodo dalam pertemuan dengan para insan Pers dan Diskominfo Kabupaten Magetan di Aula Monumen Pers Nasional, Jum’at ( 3/12 )
Lanjut Widodo pula, kalian bisa melihat di banner yang terpasang di dinding para tokoh wartawan dari berbagai daerah di Indonesia dan Pojok Kongres
Widodo mengatakan,” Kalian semua akan di ajak berkeliling di dalam gedung monumen ini yang di dampingi seorang pemandu dalam satu kelompok, yang mana nanti nya pemandu itu akan memberikan penjelasan secara detail per ruangan hingga satu ruangan digital dimana para surat kabar terbitan tempo dulu hingga akan datang akan terdokumentasi dalam digital itu “.
Para insan pers Magetan yang tergabung dalam acara Media Gathering khususnya dari wartawan Bidik Nasional yang berkunjung ke Monumen telah menambah wawasan bahwa perjuangan para wartawan di zaman Kolonial Belanda dan setelah kemerdekaan Negara Republik Indonesia yaitu dengan prasarana apa ada nya terus berkarya untuk menghasilkan karya tulis yang termuat dalam surat kabar sehingga bagi para pembaca terbangun jiwa patriotisme dalam melawan kolonialisme .
( Ashar )