Anshori Sekretaris Komisi B DPRD Lamongan (Foto.dok: Bang IPUL / Tian)
LAMONGAN, BIDIKNASIONAL.com – Dalam beberapa pekan terakhir berbagai upaya yang dilaksanakan pemerintah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lamongan serta Bulog Sub Divre III Bojonegoro soal pengendalian harga pangan sebagai kebutuhan pokok.
” Alhamdulillah menunjukkan keberhasilan, seiring sudah dilakukannya operasi pasar,” ungkap Anshori Sekretaris Komisi B DPRD Lamongan saat dikonfirmasi di sela-sela kesibukannya, Selasa (14/02).
Namun demikian, diungkapkan Gus Anshori akrab disapa, kebutuhan di lapangan masih dirasa kurang, untuk itu kami minta kepada Disperindag serta Bulog menambah volume pasokan beras, gula dan minyak serta meningkatkan intensitas operasi pasar di kecamatan-kecamatan sampai lebaran.
Sebagai komoditas pangan pokok utama, beras mempunyai kedudukan sangat penting dari sisi ekonomi maupun sosial, sehingga terjadinya fluktuasi harga beras akan berdampak langsung terhadap kesejahteraan petani dan masyarakat.
” Operasi Pasar bahan pokok ini tentu akan membantu kebutuhan masyarakat dan harganya juga terjangkau, sehingga bisa menjaga stabilisasi harga di pasaran menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri,” Anshori Wakil Ketua DPC Gerindra Lamongan ini mengungkapkan.
Selain itu juga disampaikan, bahwa kenaikan harga cabe, di karenakan Lamongan belum bisa mencukupi kebutuhan cabe, menurutnya, sehingga tergantung dari daerah lain seperti Kediri dan Nganjuk.
Sedangkan di Kediri dan Nganjuk sendiri hasil produksi kurang maksimal akibat cuaca yang tidak menentu serta akibat serangan hama penyakit, tentu ini juga berpengaruh besa terhadap kenaikan harga cabe di pasaran.
” Untuk itu, kata dia, komisi B pada akhir bulan ini dan menjelang lebaran akan sidak ke Bulog dan ke pasar untuk mengecek langsung ketersedian bahan pokok dan harga-harganya, Dihaharapkan bahwa ketersedian bahan-bahan pokok agar tetap terjaga dan harga-harganya juga stabil.
Berbagai regulasi ditetapkan untuk mengatur dan menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan. Untuk itu, kami meminta kepada satgas pangan Kabupaten Lamongan meningkatkan pengawasan bahan-bahan pokok.
Hal ini agar bisa meminimalisir terjadinya penimbunan bahan pokok dan permainan harga bahan-bahan pangan sebagai kebutuhan pokok,” tegas Anshori politisi asal Kecamatan Turi ini.
” Bahan pangan kebutuhan pokok dan strategis harus tersedia dalam jumlah yang memadai, memenuhi standar mutu serta pada tingkat harga yang wajar untuk menjaga keterjangkauan pangan bagi masyarakat.
Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, dimana Pemerintah Pusat dan Daerah bertugas mengendalikan dan bertanggung jawab atas ketersediaan bahan pangan pokok dan strategis di seluruh wilayah,” pungkasnya.
Terpisah, Kepala Disperindag Kabupaten Lamongan, Anang Taufik dalam hal ini menyampaikan, untuk menstabilkan harga beras di pasaran, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lamongan bersama dengan Bulog Sub Divre III Bojonegoro gencar melakukan operasi pasar di wilayah Lamongan.
Operasi pasar itu dilakukan guna menekan harga beras di pasaran agar tidak sampai melambung tinggi. Operasi pasar ini masif dilakukan dengan menyasar seluruh elemen masyarakat tidak ada pengecualian sama sekali.
“ Hari ini kita menggelar operasi pasar di wilayah Babat. Sebetulnya bukan hanya operasi beras saja, kita juga melakukan operasi minyak goreng, gula, ikan dan kebutuhan bahan pokok lainnya,” ujarnya.
Anang mengatakan, operasi pasar dengan menggandeng Bulog Regional Bojonegoro ini mendapat respon yang baik dari masyarakat. Menurutnya, siapa saja yang ingin beli beras boleh-boleh saja, tidak harus petani ataupun warga miskin, semuanya bisa membeli.
Karena pada dasarnya, lanjut Anang, operasi pasar ini dilakukan untuk menstabilkan harga beras di pasar yang beberapa waktu lalu sempat mencapai Rp 12 ribu hingga Rp 13 ribu per kilogramnya.
Turunnya harga beras di pasaran saat ini, menurut dia, karena adanya operasi pasar yang intens dilakukan Disperindag Lamongan dan Bulog Bojonegoro.
” Saat ini harga beras medium di sejumlah pasar di Lamongan dijual dengan harga Rp 10.500 hingga Rp 11 ribu. Beras kualitas super yang sempat bertengger di harga Rp 14 ribu perkilonya kini sudah turun harga menjadi Rp 13 ribu perkilogramnya. Itu menunjukkan jika harga beras dari berbagai jenis sudah mulai turun harga,” ungkapnya.
Ia memastikan ketersediaan pasokan beras di Lamongan saat ini masih aman,
beberapa kawasan di Lamongan saat ini juga sudah ada yang mulai panen. Pada bulan Maret nanti, imbuh Anang, dipastikan di wilayah Lamongan selatan dan barat akan panen raya.
” Selain harga beras yang mulai turun, beberapa komoditas pangan lainnya seperti bawang merah, tomat, gula, ikan dan bahan pokok lainnya juga terpantau masih stabil,” beber Anang.
Hal senada Kepala Bulog Sub Divre III Bojonegoro Sugeng Hardono menjelaskan, mulai dari 1 Januari sampai dengan 10 Februari, Bulog Cabang Bojonegoro sudah menggelontorkan beras Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP) sebanyak 2050 Ton.
” Beras tersebut disalurkan melalui saluran retail, distributor maupun secara langsung dijual ke masyarakat melalui operasi pasar SPHP. Harapannya melalui kegiatan stabisisasi ini untuk meredam lonjakan harga yang saat ini relatif masih tinggi harga beras medium,” jelasnya.
Menurutnya, gerakan ini akan terus dimasifkan untuk terus mengerem dan menurunkan harga beras dengan target harga bisa pada level maksimal sesuai harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp 9.450 /kg.
” Operasi beras menyasar di pasar-pasar, targetnya untuk operasi beras SPHP ini berlangsung sepanjang tahun di tiga wilayah Cabang Bojonegoro, yakni Lamongan, Tuban dan Bojonegoro, kebutuhan beras akan kita support terus,” tandasnya.
Sementara itu, salah satu pedagang sembako di Pasar Sidoharjo Lamongan sejak ada operasi beras SPHP dari Bulog, ia mengaku tiap harinya tokonya selalu ramai dipadati pembeli. Stok beras dari Bulog yang disalurkan melalui distributor ke tokonya bahkan sudah habis.
“Tiap hari kami habis sekitar 2 ton untuk yang beras SPHP, itupun pembeli kami banyak yang belum kebagian. Ya dengan terpaksa mereka pulang tidak membawa beras, kasihan juga sih. Saya minta kepada distributor agar pengiriman berasnya ditambah,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, kebutuhan beras medium di tokonya untuk melayani pembeli tiap harinya yakni kurang lebih 3 ton, itu yang tepat sasaran, dalam artian melayani pembeli secara retail tidak dalam jumlah besar, diantaranya para penjual nasi dan masyarakat menengah kebawah.
“Beras operasi pasar SPHP dari Bulog memang kualitasnya sangat bagus, rasanya juga enak, itu saya merasakan sendiri saat kami masak sekeluarga. Sebelum saya jual kan harus saya coba dulu, para pembeli pun tanggapan juga sama, berasnya putih dan enak,” ucapnya.
Penulis : Bang IPUL / Tian
Editorial : Budi Santoso