JATENGPEKALONGAN

Kontraktor Curhat Kesulitan Upload Dokumen Penawaran Lelang di LPSE Pekalongan 

Ilustrasi

KOTA PEKALONGAN, BIDIKNASIONAL.comRamai dikeluhkan oleh kontraktor di Kota Pekalongan terkait sulitnya mengunggah dokumen penawaran lelang ke Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kondisi tidak wajar tersebut sudah berlangsung satu tahun terakhir.

“Kalau kita masuk bisa, akan tetapi kalau upload dokumen penawaran tidak bisa,” ungkap NR, kepada media, Kamis (29/9/2023).

Salah satu kontraktor yang meminta namanya tidak disebut lengkap itu menyoal bahwa dengan sulitnya mengunggah dokumen penawaran ke LPSE bagaimana rekanan bisa mengikuti proses lelang.

“Hasilnya sudah kami duga, yang muncul hanya satu atau dua nama saja termasuk angka penawarannya. Yang lain tidak ada penawaran karena memang tidak bisa upload,” katanya.

Rekanan atau kontraktor yang tidak dikehendaki seperti sengaja dipersulit sehingga namanya saja tercantum sebagai peserta,  namun tidak bisa mengunggah penawaran yang artinya tidak bisa ikut lelang.

Ia pun menjelaskan bahwa indikasi sulitnya mengunggah dokumen penawaran lelang berkaitan dengan bandwidth atau kemampuan transfer data yang dugaanya sudah diatur sehingga pihak yang tidak dikehandaki akan sulit masuk. Hal tersebut biasanya dikenal dengan istilah buffering atau hambatan akses data alias lemot.

“Diduga modusnya mengatur kode kapan saat mengunggah dokumen penawaran. Mereka saja yang tahu, karena saat itu sistem sudah diatur normal. Setelah itu kembali lemot,” beber NR.

Kebalikannya bagi pihak-pihak atau peserta lelang yang diduga sudah dikondisikan akan dengan mudah mengunggah dokumen penawaran lelang pada jam-jam tertentu karena bandwidth sudah diatur dan dipastikan tidak ada buffering.

Ia mencontohkan ada lelang diikuti oleh 60 rekanan namun yang bisa mengunggah dokumen penawaran hanya ada satu, dua atau tiga saja. Sisanya tidak bisa, lantaran kesulitan masuk ke sistem sehingga dianggap tidak memberikan penawaran.

Lebih parahnya lagi setelah sudah tercantum satu, dua atau tiga peserta saja yang lolos maka akan bisa diketahui selisih nilai penawaran dengan nilai paket pekerjaan.

“Janggalnya di situ. Selisihnya 1 sampai 3 persen saja, bahkan ada yang 0,10 persen. Kami tidak buruk sangka tapi itu suatu hal yang tidak masuk di akal. Lelang turunnya kok di bawah 1 persen,” Jelasnya.

Menurut dia, kondisi seperti itu sudah berlangsung dari 2022 hingga 2023. Dibanding tahun-tahun sebelumnya persaingan masih sehat karena selisih atau turunnya nilai paket pekerjaan masih normal antara 10 persen hingga 15 persen.

“Sebenarnya saya ingin mengadukan masalah ini tapi teman-teman lainnya belum berani buka suara. Saya ingin ada yang mendukung untuk menghentikan kondisi seperti ini,” tutupnya. Sementara LPSE Kota Pekalongan belum berhasil dikonfirmasi bn.com.

Laporan: Tim

Editor: Budi Santoso

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button