Marsiah (70) peserta BPJS Kesehatan segmen peserta mandiri kelas 1 (kanan) saat bersama Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan Lily Kresnowati (Foto: SDM Komlik)
SURABAYA, BIDIKNASIONAL.com – Perempuan berusia 70 tahun bernama Marsiah warga Sidosermo, Surabaya, telah menjalani pengobatan rutin sejak sebelum adanya Virus Corona Desease 2019 (Covid-19).
Untuk diketahui, seak tahun 2015, Marsiah menjadi peserta BPJS Kesehatan dalam segmen peserta mandiri kelas 1.
Ia mengungkapkan bahwa dirinya sering kali harus masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan rawat inap sebagai tindak lanjut dari vonis dokter, serta berobat ke berbagai poli rawat jalan. Hal ini menjadi rutinitas yang tetap dijalankannya sampai saat sekarang.
“Jika saya menceritakan pengalaman berobat, mungkin sudah tidak bisa dihitung lagi dengan jari. Saya hampir setiap minggu selalu berkunjung ke Rumah Sakit Haji Surabaya. Saya menderita beberapa penyakit yang membutuhkan perawatan intensif, termasuk infeksi pada jari kaki, penyakit dalam, dan masalah jantung,” ucap Marsiah.
Sambil menunggu giliran panggilan pasien di ruang tunggu RS Haji Surabaya, Marsiah menceritakan beberapa pengalaman berobatnya, mulai dari operasi pada jari kakinya hingga rawat inap selama sembilan hari. Selain itu, ia juga pernah menjalani pemasangan kateter dua kali dan mengalami masalah jantung.
“Saya pernah dirawat inap selama lima hari, dua hari, dan yang terlama selama sembilan hari. Belum lagi jika berobat sebagai pasien rawat jalan. Bisa dibilang hampir setiap hari saya harus berpindah-pindah poli di rumah sakit haji,” jelas Marsiah.
Peran program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sangatlah penting, seperti yang disampaikan oleh Marsiah, karena seluruh biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Ia pun selalu menerima pelayanan terbaik saat menggunakan haknya sebagai peserta JKN.
“Saya selalu mendaftar sebagai pasien peserta JKN baik untuk rawat jalan maupun rawat inap. Kartu Indonesia Sehat (KIS) menjadi andalanku. Sebelum mengenal Aplikasi Mobile JKN, saya mendaftar di loket pendaftaran secara manual menggunakan KIS. Namun sejak ada Aplikasi Mobile JKN, saya sangat terbantu,” ujar Marsiah.
Marsiah mengaku cukup mendaftar melalui Aplikasi Mobile JKN, tanpa harus membawa kartu ke loket secara manual. Ia pun cukup menunjukkan KTP dan tidak perlu menyiapkan fotokopi berkas lainnya.
“Ketika berobat sebagai pasien rawat jalan, saya tidak perlu lama mengantri. Semua biaya ditanggung oleh BPJS Kesehatan, dan saat menjalani perawatan rawat inap, kamar yang saya tempati sesuai dengan kelas kepesertaan,” papar Marsiah.
Namun, Marsiah mengaku merasa agak kaget saat pertama kali mengenal Aplikasi Mobile JKN. Meskipun harus banyak belajar, namun pada akhirnya ia bisa mengoperasikan Aplikasi Mobile JKN sendiri.
“Saya bisa dibilang gaptek atau jadul. Ketika pertama kali kenal dengan aplikasi tersebut, saya meminta anak saya untuk mengajari saya. Lambat laun, saya mulai terbiasa, akhirnya saya bisa memahami fitur-fitur yang sangat membantu saya saat berobat. Ternyata aplikasi tersebut memberikan banyak informasi tanpa harus repot-repot ke sana kemari, cukup dengan menggunakan ponsel, berobat sebagai pasien rawat jalan menjadi lancar,” ujar Marsiah.
Marsiah mengungkapkan secara rutin memperbarui surat rujukan dari fasilitas kesehatan pertama tempatnya terdaftar setiap tiga bulan agar tetap dapat terlayani dengan lancar karena tanggal dan bulan berakhirnya sudah tertulis jelas. Marsiah juga berharap bahwa pelayanan yang baik dari BPJS Kesehatan akan terus dipertahankan.
“Saya berjanji akan membayar premi iuran dengan rutin dan tepat waktu, karena jika terlambat saya sendiri yang akan merugi, karena jika terlambat membayar nanti kepesertaan saya menjadi tidak aktif. Oleh karena itu, saya rutin membayar sebelum tanggal sepuluh setiap bulan agar bisa berobat tanpa gangguan dan berharap segera sembuh,” tutup Marsiah.
Laporan: rn/ws/red
Editor: Budi Santoso