Masyarakat Harus Diajari Penanganan Darurat Terpadu
SURABAYA, JATIM, BN – Masyarakat harus diajari cara menangani permasalahan kesehatan disaat-saat darurat atau sering disebut penanganan darurat terpadu. Dengan langkah tersebut, masyarakat akan memiliki kemampuan untuk ikut ambil bagian dalam memberikan pertolongan pertama kepada masyarakat yang membutuhkan.
Demikian Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo dalam sambutannya pada saat membuka acara simposium nasional Emergency for Every Doctor (E4ED) 2018 di Hotel JW Marriot, Surabaya, Jumat (26/1).
Penanganan darurat terpadu, ujarnya, meliputi tentang tindakan pertama yang dilakukan masyarakat ketika ada kejadian yang membutuhkan tindakan medis di tempat umum. Pertolongan tersebut, dilakukan sampai ada petugas medis maupun ambulance yang mengantarkan masyarakat tersebut ke rumah sakit. Oleh karena itu, harus ada pengetahuan tindak gawat darurat oleh masyarakat.
Untuk mencapai itu, para dokter juga harus proaktif meningkatkan pengetahuan para petugas, semisal petugas keamanan dan kebersihan di tempat-tempat umum. Selain itu, juga perlu dukungan para pengelola tempat umum untuk menyediakan sarana penolong kondisi gawat darurat.
“Angka partisipasi masyarakat terhadap penanganan darurat terpadu harus ditingkatkan. Untuk itu, harus ada program kerjasama antara rumah sakit dan pemerintah dalam memberikan pelatihan penanganan darurat terpadu tersebut,” harap Pakde Karwo sapaan akrab Gubernur Jatim ini.
Terhadap kerjasama tersebut, lanjut Pakde Karwo, kondisi Jatim sangat mendukung. Dengan luas wilayah 47.152 km2, fasilitas kesehatan di Jatim cukup banyak. Diantaranya, terdapat 371 rumah sakit, 961 puskesmas, 2.268 puskesmas pembantu, 49.680 posyandu, 4.711 polindes dan 3.212 ponkesdes. “Banyaknya fasilitas kesehatan tersebut diharapkan semakin meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,” tegasnya.
Ditambahkan, jumlah fasilitas kesehatan tersebut telah membawa kinerja kesehatan Jatim pada trend yang benar. Misalnya, pada tahun 2016 angka kematian ibu (AKI) di provinsi ini tercatat sebanyak 91 per 100 ribu kelahiran hidup, dibanding nasional sebanyak 328 orang. Demikian pula untuk angka kematian bayi (AKB) sebanyak 23,6 per 1.000 kelahiran hidup,yang angka tersebut dibawah rata rata nasional.
Menurut Pakde Karwo, kenaikan pendapatan perkapita Jatim yang pada Desember 2009 sebesar Rp. 18,47 juta meningkat menjadi Rp. 51,75 juta pada Desember 2017 dan ketersediaan beragam fasilitas kesehatan tersebut Jatim juga berhasil mendorong keberhasilan penanganan berbagai penyakit. Misalnya, pada tahun 2016 penanganan penyakit kusta mencapai 91 persen, angka kesuksesan mengobati TB mencapai 92 persen, dan penderita HIV mendapat obat antiretroviral (ARV) mencapai 78 persen.
“Keberhasilan tersebut, juga tidak terlepas dari adanya standarisasi pelayanan rumah sakit, serta program preventif pengendalilan penyakit menular dan program ibu hamil, serta upaya peningkatan kesehatan keluarga,” ujarnya sambil menambahkan dua program pentingnya lainnya yakni peningkatan kesehatan keluarga serta program promotif Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau biasa disebut GERMAS.
1000 Dokter Berbagai
Kegiatan yang diikuti seribu dokter umum dan dokter berbagai spesialisasi dari seluruh Indonesia ini mengajarkan tentang penanganan gawat darurat secara komprehensif karena kondisi kegawatdaruratan bisa mengancam jiwa penderita.
Simposium E4ED 2018 ini merupakan kali ketiga sejak tahun 2016 dan sekaligus menghadirkan pembicara asing, seperti Dr. Peter Archer dari Australia dan Prof. Yoshihito Ujike dari Jepang. Simposium antara lain dihadiri Direktur Pelayanan Rujukan Kemenkes RI, Direktur RSUD Dr. Sutomo, para direktur rumahsakit swasta di Surabaya, para dokter spesialis anastesi, dan para dokter umum di Indonesia. (dji)