Eksistensi PDAM Sebagai Perusahaan Air Minum Modern dan Inspiratif
SURABAYA, JATIM, BN-Dalam rangka memperingati Hari Jadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada Kota Surabaya ke-43, kali ini PDAM mengadakan acara NGOPI (Ngobrol Pintar) “Ask The Directors “, bertempat di Rumah Air Surabaya, Jl Basuki Rahmat 119-121 Surabaya, Jum’at (06/12/2019).
Hadir dalam gelaran Ngopi, Direktur Utama PDAM Surabaya Mujiaman, Dewan Pengawas PDAM Surabaya, Direktur Operasional PDAM Surabaya Dodi Sarjono, Direktur Pelayanan PDAM Surabaya Anizar Firmadi, Sekertaris PDAM Bambang Eko Sakti, Manager senior pelanggan Nanang Adi Sucipto, mahasiswa ITS , UNAIR, UPN UIN sunan ampel, dan aktifis pemerhati lingkungan dan seluruh undangan.
Mengawali dialognya, CEO PDAM Surya Sembada Kota Surabaya Mujiaman Sukirno menyampaikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) satu-satunya yang tidak membebani APBD adalah PDAM Surabaya. Ia menceritakan awal bergabung bersama PDAM Surabaya sejak juli 2017.Pernah bekerja di Perusahaan Amerika sejak 1997 sampai dengan 2017.
“Ketika ada tantangan menarik dan kemudian saya diberikan kesempatan, menurut saya tantangan terberat buat saya saat bergabung dengan PDAM adalah bagaimana mengawali beradaptasi menyesuaikan diri. Lambat laun saya sendiri berubah. Apa yang berubah, Pola Hidup, Setelah sekarang bergabung, sekarang saya memiliki tanggung jawab melayani masyarakat dan tanggung jawab melayani pelanggan,” ujarnya.
Pria asli madiun ini mengulas terkait Visi dan misi PDAM. Visi PDAM Surya Sembada Kota Surabaya adalah menjadi Perusahaan air minum modern.
“Visinya harus yang inspiratif, menggerakkan, sederhana, mudah dicerna dan power full. Visinya harus mudah dihafal luar kepala dan misinya apa, misinya adalah alasan eksistensi, dalam rangka mewujudkan itu, semua harus balance, antara kebutuhan internal dan stake holder harus saling mendukung,” terang Mujiaman.
Satu perusahaan didalam lingkup internal PDAM sendiri membutuhkan ilmu dari lini manapun. Komunikasi, sistem informasi, komunikasi fisual, dan masih banyak lagi.
“PDAM ingin membangun image dan kepercayaan bahwa air PDAM dapat langsung di minum. Maka dari itu butuh semua ilmu dan semua stakeholder bersatu untuk bergabung memecahkan ini,” usulnya.
Ask The Directors (Tanyakan pada direktur)
Pantauan wartawan, dalam segmen dialog dan tanya jawab, antusias penanya begitu pro aktif, tercatat 28 materi dipertanyakan audience slah satunya terkait target khusus PDAM menjadikan air bisa langsung di minum oleh masyarakat Kota Surabaya.
Menjawab pertanyaan itu, pria alumnus ITS ini menjelaskan air minum merupakan peluang khusus berikut tantangan supaya masyarakat akan lebih mendapatkan harga yang sepantasnya atau lebih murah dari air minum kemasan.
“Coba dibandingkan, harga air kemasan dengan harga air PDAM per kubiknya. 1 liter air minum kemasan sekitar tiga ribu rupiah, air PDAM jika diambil rata-rata, perkubiknya hanya Rp. 3.000,-. Jelas, secara tidak sadar air minum kemasan telah membebani masyarakat,” bebernya dengan mimik serius.
Dia menambahkan butuh kegotong royongan dan kemauan keras masyarakat.
“Untuk mewujudkan itu, sebenarnya mudah, jika kita menghitung pendapatan tahun kemarin 1,9 trilyun, secara matematis jika untuk merubah atau menambah pipa jaringan yang benar-benar steril maka, jika harga dijual dua kali tiga ribu atau enam ribu maka kurang lebih 3 trilyun sudah kita dapatkan. Artinya gotong royong menuju air siap minum,” tegas Mujiaman.
Pertanyaan tak kalah menariknya yakni soal air sebagai bahan baku PDAM Surabaya yang mana saat ini tergolong kelas dua dan cenderung turun ke kelas tiga.
“Semua limbah setiap harinya terbuang ke sungai. sekarang posisinya kelas dua, kualitas air sungai surabaya dari bulan kebulan selalu lebih buruk, dalam hal ini PDAM sendiri sangat memerlukan dukungan dari seluruh instansi terkait, seperti KLH dan jasa tirta. DO selalu menurun, jika selalu kondisi air rendah maka didalam air akan selalu mengandung organik dan bakteri, ” ungkapnya.
Namun pria pecinta musik tetap optimis, melalui transformasi budaya yakin dan fokus mengamankan sistem produksi dalam keadaaan apapun serta tetap memproduksi air. Perubahan itu akan sangat mudah jika kita membuka telinga, mata, dan hati. Terapkan transformasi budaya (suistinebel).
“Penggunaan bahan kimia yang selalu sulit dihindarkan, berikutnya pertanyaannya semua pembiayaan PDAM menjadi tanggung jawab PDAM, kemudian kemampuan mengganti perpipaan adalah sangat tinggi, jika perusahaan setelah mendapatkan uang dikembalikan kembali lagi ke perusahaan dan masyarakat selalu memberikan dukungan yang maksimal, maka maksud baik, kerja baik PDAM akan selalu berkelanjutan,” tutupnya. (boody)