JATIM

Jaran Kencak Lumajang Diakui di Kementrian Pariwisata

LUMAJANG, JATIM, BN-Salah satu warisan budaya lokal Indonesia adalah Tari Jaran Kencak yang berada di Kabupaten Lumajang.

Tarian Jaran Kencak tidak sebatas pada kepentingan hajatan masyarakat saja, namun dalam aktifitas seperti festival kesenian/Harjalu (Hari Jadi Lumajang) yang ke-764 pemerintah daerah telah mempercayakan pada sekelompok kesenian Jaran Kencak untuk turut serta dalam agenda Harjalu ke-764.

Kegiatan ini diikuti sebanyak 90 peserta pawai jaran kencak/ kuda menari yang menjadi khas kesenian Kabupaten Lumajang, memeriahkan juga hari jadi Lumajang (Harjalu) ke-764 di depan Pendopo Arya Wiraraja, Sabtu (7/12/2019) malam.

Jaran Kencak atau disebut juga Kuda Kencak kini merupakan salah satu ikon kesenian Kota Lumajang.

Asal mula terbentuknya ikon kuda sebagai budaya Kota Lumajang adalah pada saat itu Jaran Kencak lahir pada masa Kerajaan Lamajang Tigang Juru. Hal ini diperkuat dengan bukti ditemukannya patung dari batu bata yang mirip dengan kuda kencak saat ini. Diduga relief Jaran Kencak yang ditemukan di daerah Kunir tersebut berasal dari Kerajaan Lamajang Tigang Juru.

Kesenian ini adalah bentuk ekspresi suka cita masyarakat dari wilayah yang makmur dan sejahtera. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa kesenian Jaran Kencak ini sebagai bentuk penghormatan kepada kuda kesayangan Ranggalawe putra dari Arya Wiraraja yang bernama Nila Ambhara. Sebagaimana banyak diceritakan, baik Arya Wiraraja maupun Ranggalawe merupakan raja yang sangat dicintai oleh rakyatnya.

Disebutkan pula bahwa pada awalnya Jaran Kencak di sebut dengan Jaran Kepang meskipun bukan terbuat dari anyaman bambu, karena pada saat itu kuda yang di kenderai rombongan dari Ponorogo hendak mengirimkan delegasi ke Bali, untuk menjalin persaudaraan kerabat dan Sudara Batara Kathong dari Kerajaan Majapahit yang mengungsi ke Bali.

Namun ketika sampai di Lumajang, kuda yang dikenakan seragam jazirah perang seperti di pewayangan untuk di persembahkan di Bali memberontak kesana kemari dan menendang-nendang tiada henti melawan rombongan, hingga dibuat sebuah keputusan bahwa kuda dan beberapa penjaga untuk tetap tinggal di Lumajang untuk menenangkan kuda, sedangkan rombongan tetap melanjutkan ke Bali. Hingga akhirnya kuda yang memberontak menjadi tenang dan jinak kembali, warga sekitar yang melihat kuda dijinakan tersebut merasa terhibur.

Sejak saat itu menjadi sebuah kesenian bernama Jaran Ngepang yang berarti kuda menendang, namun lebih dikenal dengan nama Jaran Kepang.

Pada tahun 1806, Cakraningrat Sampang memindahkan sebanyak 250.000 orang Sampang Madura ke Pulau Jawa bagian tapal kuda seperti Lumajang.

Orang Madura yang menjadi punduduk Lumajang juga menggemari kesenian bernama Jaran Kepang ini, karena seekor kuda dengan kostum perang khas pewayangan Jawa bertarung berdiri menggunakan dua kaki dengan pawangnya.

Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia jaran kepang lebih di kenal dengan Jaran Pencak dan menjadi Jaran Kencak yang dikenal hingga saat ini.

Jaran Kencak memiliki arti Kencak artinya cara memainkan kaki bergantian. Jadi kakinya harus tepat mengikuti gendang. Bila gong besar berbunyi tanda lagu selesai maka kuda akan berhenti dengan sendirinya.

Jaran Kencak juga sering ikut serta menyemarakkan hajatan pemerintahan seperti pada Hari Jadi Kota Lumajang atau peringatan besar nasional, hal demikian semakin menambah semaraknya mengembangkan kualitas dan kuantitas kesenian Jaran Kencak.

Bupati lumajang Thoriqul Haq.M.ML yang membuka secara resmi Jaran Kencak Glow In The Dark itu mengungkapkan, pawai Jaran Kencak kali ini sengaja diadakan pada malam hari, sehingga terkesan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Bupati berkeinginan agar event warisan budaya Indonesia yang berasal di Kabupaten Lumajang bisa menasional, dalam arti dapat menarik kalangan masyarakat luas untuk menikmati kesenian khas budaya Lumajang baik nasional maupun internasional.

Ditambahkan oleh Wakil Bupati Ir. Indah Amperawati, M.Si. bahwa kegiatan ini merupakan sebagai bentuk untuk melestarikan jaran kencak sebagai seni khas dan unggulan dari kabupaten lumajang, sehingga dapat mendatangkan wisatawan dari manca negara. (SON)

Related Articles

Back to top button