JATIM

227 Santri di Temboro Asal Malaysia Akan Jalani Rapid Test

MAGETAN, JATIM, BN-Pemberitaan di media Malaysia terkait adanya 43 orang dari 200an santri yang baru pulang dari Ponpes Al-Fatah Temboro dinyatakan positif membuat Pemkab Magetan mengambil langkah cepat.‎

“Setelah menerima rilis dari Kementerian Kesehatan Malaysia yang diterima kantor berita Indonesia yang ada di Malaysia, saya langsung telepon kedutaan Malaysia bagaimana dengan santri-santri yang ada di Temboro yang saat ini jumlahnya mencapai 227 orang yang rencananya mereka tidak akan pulang,” kata Bupati Magetan Suprawoto saat menggelar konferensi pers, Senin (20/4).

Menurutnya, jika nantinya mereka (para santri) berubah pikiran dia harus pulang maka kedutaan besar Malaysia bersedia memfasilitasi untuk kepulangan itu.

“Tetapi saya menyarankan santri-santri yang dari Malaysia ini kemudian kita lakukan rapid test. Jika kemudian santri ini akan pulang harus dinyatakan negatif dulu. Tetapi jika mereka dinyatakan positif maka mereka harus dirawat dulu disini. Jangan sampai mereka menularkan virus ini ditempat yang lain,” jelas bupati.

Menurut bupati, pihaknya juga sudah melakukan kontak termasuk dengan Kemenlu untuk bekerjasama menyelesaikan masalah-masalah yang ada di Temboro.

“Selain melakukan tracking siapa saja kemudian yang pernah berinteraksi dengan mereka akan kita tracking. Seperti yang sudah dinyatkan positif setelah kita tracking ada 26 orang yang mengaku pernah berinteraksi dengan mereka yang positif yang saat ini dirawat di RS Sudono,” katanya.‎

Menurut bupati, kondisi mereka yang sudah dinyatakan positif sudah mulai berangsur-angsur membaik.

“Dari 26 orang ini kami lakukan rapid test hasilnya negatif. Yang dari 1 dinyatakan positif yang saat ini dirawat. Bagi yang pernah berinteraksi dengan santri-santri ini nanti akan kita lakukan tracking dan kita tadi rapat dengan pengasuh pondok pesantren Al Fatah bekerjasama dengan terbuka melakukan tracking dengan siapa saja mereka berinteraksi,” beber bupati.‎

Menurutnya, para ustadz yang pernah mengajar mereka dan berinteraksi dengan mereka juga akan dilakukan tracking.

“Kita juga sepakat Desa Temboro akan dilakukan physical distancing dan pembatasan-pembatasan karena kita tahu semua jika desa ini sebagian besar adalah wilayah pondok pesantren,” katanya.‎ (Ashar)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button