JATIM

Biaya penyakit NPH Kuswati Dibayar BPJS Kesehatan

Kuswati (47) peserta JKN-KIS kelas 3 mandiri perseorangan

SURABAYA, JATIM, BN – Seluruh biaya perawatan sejak rawat jalan sampai operasi operasi tulang bengkok Kuswati (47) warga Jl. Pacar Kembang Kelurahan Pacar Kembang, Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya Jawa Timur akibat penyakit saraf terjepit pada tulang belakang ,atau yang biasa disebut oleh medis sebagai penyakit Nucleus Pulposus Hernia (NPH) dibayar seluruhnya oleh BPJS Kesehatan.

Kuswati menjelaskan, sempat melakukan operasi di bulan oktober tahun 2018 bahkan harus rawat inap selama delapan hari di Rumah Sakit Dr. Soetomo Karang Menjangan Surabaya.

“Sejak dari Puskesmas Pacar Keling, saya dirujuk ke Rumah Sakit Husada Utama terlebih dahulu.Lalu kemudian di rujuk kembali ke rumah sakit dr.Soetomo untuk persiapan operasi saraf terjepit,” tutur Kuswati di Surabaya (25/11).

Untuk diketahui , pertama kalinya Kuswati terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan pada segmen Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) kelas dua mandiri perseorangan.

“Karena dalam satu kartu keluarga sebanyak empat orang, saya ,suami dan dua orang anak saya, serta pendapatan suami yang tidak menentu kala itu,akhirnya saya memutuskan untuk turun kelas menjadi kelas tiga,” terangnya.

Dengan modal Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) perempuan yang aktif dalam kegiatan sosial dikampungnya tersebut, mengaku tidak pernah dipersulit selama menjalani rawat jalan hingga paska operasi.

“Saya hanya menunjukkan kartu KIS setiap pertama masuk memeriksakan penyakit saya baik di faailtas kesehatan tingkat pertama atau di tumah sakit. Bahkan saya tidak pernah diminta bayar biaya apapun mengenai penyakit saya itu. Semuanya gratis pak,” kata Kuswati.

Pengalaman sebelum ia percaya bahwa menjadi pasien dengan status BPJS kesehatan akan dilayani sama dengan pasien yang berstatus umum, Kuswati mengaku pernah mencoba berobat dengan sakit yang sama tanpa menggunakan JKN-KIS.

“Saya pernah memeriksakan sakit saya waktu itu ke salah satu klinik disekitar rumah tinggal saya, lumayan mahal mas, setiap kali periksa dikenai biaya dua ratus empat puluh ribu rupiah, itu belum resep dokter yang harus saya tebus ke apotik setiap satu kali periksa.Hampir lima ratus ribuan mas,” ungkapnya.

Bersyukur dan mengucapkan terimakasih kepada program BPJS kesehatan lanjutnya, yang telah memberikan kepercayaan dirinya, bahwa berobat dengan JKN-KIS tidak seperti yang ia bayangkan dan yang selama ini menjadi ‘rasan-rasan’ orang yang tidak menjalani dan merasakan sendiri.

Sebagai informasi, Kuswati bertemu dengan wartawan Koran Investigasi Bidik Nasional & bidiknasional.com saat BPJS kesehatan menggelar agenda sosialisasi program JKN-KIS diwilayahnya. Hal itu menjadi kesempatan untuk lebih mengenal program-program yang selama ini menjadi tujuan mulia BPJS Kesehatan.

“Puas mas, setelah mendapatkan tambahan pengetahuan dari petugas BPJS kesehatan yang tadi menyampaikan semua program yang telah berjalan. Lebih sepakat, bergotong royong yang sehat menolong yang sakit.Jadi tambah senang bisa saling membantu mereka yang sekarang sedang sakit,” imbuhnya.

Kuswati berharap, program sosialisasi JKN-KIS selalu diadakan masuk ke kampung-kampung.

“Utamanya terus ditingkatkan pelayanan untuk peserta. Bekal percaya diri yang semakin tebal, sayapun siap menyampaikan kabar baik ini kepada sahabat dan kenalan saya,” pungkasnya. (boody)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button