BANYUWANGIJATIM

Polisi dan Petugas TWA Kawah Ijen Evakuasi Penambang Belerang yang Meninggal Dunia

BANYUWANGI, BIDIKNASIONAL.com – Nasib naas dialami Tohari, 46, warga Dusun Andong, Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah. Pria berprofesi sebagai penambang belerang di Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen itu, mengalami kecelakaan kerja hingga meninggal dunia di area Sublimasasi Penambangan Belerang, Selasa malam (30/8).

Korban meninggal setelah mengalami luka bakar yang mencapai 90 persen di sekujur tubuhnya. Luka bakar itu, membakar bagian tubuh depan, wajah, dada, tangan, perut dan paha korban. Akibat luka bakar itulah, korban seketika meninggal dunia di tempat kejadian perkara (TKP).

Kejadian tersebut, terjadi pada pukul 19.30. Saat korban hendak memadamkan api yang membakar belerang hasil produksinya. Namun apes, korban malah terpeleset dan tercebur dalam kobaran api yang membakar belerang yang biasa disebut blue fire.

Kejadian tersebut, dibenarkan oleh Kasi Humas Polresta Banyuwangi Iptu Moch. Agus Winarno. Iptu Agus menegaskan, bahwa tengah dilakukan autopsi di RSUD Blambangan.

“Korban sudah berhasil dievakuasi dan dibawa ke RSUD Blambangan untuk dilakukan otopsi,” tegas Iptu Agus.

Kasihumas mengatakan, jika korban yang merupakan petugas Sublimasasi Kawah Ijen itu melakukan pengamanan produksi belerang. Korban saat itu, menyiram api yang membakar belerang menggunakan air. Tetapi kemudian asap tebal belerang mengarah ke korban.

“Korban panik berusaha menghindar, akan tetapi korban terpleset jatuh tengkurap ke api belerang dan terbakar,” katanya.

Saat kejadian itu, jelas Iptu Agus, korban bersama dua orang rekan lainnya. Namun, kedua rekannya yang hendak menolong korban tidak kuat dengan asap belerang yang cukup tebal.

“Makanya salah satu rekannya, langsung menghubungi para petugas Kawah Ijen dan aparat kepolisian Polsek Licin untuk menyelematkan korban,” ungkapnya.

Namun, masih kata Kasihumas, ternyata saat petugas datang pada pukul 20.00 untuk menyelematkan korban. Korban didapati sudah tidak bernyawa.

“Proses evakuasi korban cukup membutuhkan waktu lama, dikarenakan akses yang cukup sulit ditempuh dan harus menggunakan troli untuk menurunkan korban dari atas Gunung Ijen,” terangnya.

Meski cukup lama, korban akhirnya berhasil dievakuasi turun dari Gunung Ijen. Korban langsung dibawa menggunakan Pikap milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

“Korban dibawa ke Puskesmas Licin, yang kemudian dibawa langsung ke RSUD Blambangan untuk dilakukan otopsi,” tuturnya.

Iptu Agus menambahkan, korban yang dilakukan otopsi itu untuk mengetahui penyebab kematian korban. Namun dari hasil otopsi, didapati jika korban mengalami luka bakar yang mencapai 90 persen, luka bakar itu di sekujur tubuh korban.

“Ada beberapa faktor penyebabnya yaitu akibat asap belerang yang sangat tebal, minimnya alat keselamatan dan penerangan lampu di lokasi. Sehingga, perlu adanya peningkatan peralatan keselamatan maupun penerangan di lokasi,” tegasnya.

Laporan: ripto/tyo/humas

Editor: Budi Santoso

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button