Memprihatinkan, 14 Santri Asal Gayo Lues Terlantar di Cirebon
GAYO LUES ACEH, BN-14 santri laki-laki asal Gayo Lues eks santri Fajar Hidayah Cirebon Jawa Barat diduga terlantar di Masjid Al Mu’min Musara Gayo Bandung.
Peristiwa tersebut disebut-sebut sebagai akibat salah pengiriman santri dari Blangkejeren Gayo Lues untuk menjadi hafidz ke Pulau Jawa. Pasalnya yang dijanjikan oleh panitia pengiriman kepada santri atau siswa adalah pesantren yang ada hafidznya ternyata para santri justru dikirim ke Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT).
Menurut sumber Bidik Nasional yang berasal dari beberapa wali murid yang terlantar menyebutkan bahwa jumlah santri dan santriwati yang dikirim sebanyak 21 orang terdiri dari 7 perempuan dan 14 pria.
Khusus untuk perempuan, 7 orang ditempatkan di Cibubur atau pusatnya Fajar Hidayah, sedangkan yang pria dipisahkan dari pusatnya ke Cirebon Jawa Barat.
“Ustadz pernah bertanya kepada santri terkait tujuan mereka (santri asal Gayo Lues) datang ke pesantren. Mereka mengatakan datang ke pesantren yang ada hafiznya. Menurut uztads, hal tersebut salah tujuan. Agar tidak jenuh tinggal di sekolah tersebut, mereka diberi materi menggambar huruf yang di tulis di kartun layak anak sekolah TK dan SD, sementara mereka sudah jenjang SLTA,” kata salah seorang wali murid kepada Bidik Nasional.
Lanjutnya, akibat pertistiwa ini para santri minta dipindahkan ke pusatnya atau ke tempat lain yang lebih aktif belajar dan mengajar. Hal tersebut beralasan sebab tuntutan santri berangkat ke Pulau Jawa tidak lebih hanya mau menuntut ilmu dunia akhirat namun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Ia menambahkan, setelah Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) ini dianggap bukan sekolah mereka, santri minta kepada panitia pengiriman mereka melalui wali murid masing – masing. Lalu wali murid mencoba memberi usul baik bersama maupun perorangan dan tidak membawa hasil.
“Mereka (panitia pengiriman) hanya mengatakan, sabar dan sabar sebab membutuhkan proses. Sedangkan santri sudah merasa tidak betah dan tidak nyaman lagi tinggal di sekolah Fajar Hidayah Cirebon tersebut. Sebab menurutnya (santri) sudah tidak belajar bahkan makan pun wajib lapor. Akibat semua ini pula santri jadi memberontak dan komplain. Mau berhubungan dengan orang tua pun sudah tidak bisa lagi karena handphone mereka sudah disita,” jelas orangtua santri itu.
Lanjutnya, dengan rasa kesal salah satu santri membobol ruangan ustadz tempat penyimpanan handphone lalu menghubungi orangtua. Selanjutnya orangtua mendengar anak nya kena usir lalu menyuruh keponakannya yang ada di Bandung untuk menjemput anak tersebut dari Pesantren Fajar Hidayah Cirebon agar diamankan ke Bandung.
Menurut orangtua, pengiriman semua santri ini sepenuh nya menjadi tanggungjawab yayasan si pengirim bukan tanggung jawab pemda karena bukan pemda yang mengirim.
“Namun apa pun alasannya yang namanya masyarakat Gayo Lues Pemkab Kab Gayo Lues tidak bisa membiarkan masyarakatnya terlantar begitu saja di daerah orang lain, Apa lagi mau menuntut ilmu tentang hafidz lagi. Bukankah ini salah satu janji atau visi misi bupati yaitu Negeri Seribu Bukit menjadi Negeri Seribu Hafidz,” pungkas orangtua santri. (Dir)