Giat Desa Labanasem Jumat Berkah, Kerja Bakti Bersihkan Lingkungan Untuk Eratkan Persaudaraan
BANYUWANGI, JATIM, BN-Kerja bakti di sebagian masyarakat kota mungkin jarang terdengar. Ini terutama terjadi di lingkungan kota, yang orang-orangnya sangat sibuk dengan kerjaan atau kondisi sosialnya kurang akrab. Ini sangat dimaklumi. Tujuan kerja bakti membenahi lingkungan diserahkan kepada para pekerja atau tukang. Masyarakat hanya mengumpulkan iuran, mempercayakan kepada pengurus RT, dan diteruskan kepada tugas tukang.
Kades terpilih 2019 Desa Labanasem Kecamatan Kabat yang bernama Maimun Ali mulai aktifitas di Desa, selepas dilantik pada hari Rabu (20/11/2019) serentak 128 Kades se-Banyuwangi di Pendopo oleh bupati Banyuwangi 4 hari yang lalu.
Kepada wartawan Bidik Nasional (BN) Kades yang bernama Maimun Ali mengatakan,” hari Jum’at ini kami bersama staf desa dan masyarakat Labanasem melakukan kerja bakti rutinan setiap pada hari Jum’at pagi di lingkungan sekitar kantor desa dan lingkungan masyarakat,” ucapnya.
“Saya sebagai orang baru ingin mengenalkan pada staf desa dan perangkat desa atau silahturahmi dengan seperti ini, biasanya kerja bakti seperti ini sudah menjadi rutinitas warga masyarakat. Sekarang ini dengan pengurus RT atau atas usul warga menyelenggarakan kerja bakti di hari Jum’at pagi. Kerja yang dilakukan adalah membersihkan lingkungan, antara lain membersihkan taman, memperbaiki pos kamling, memotong pohon, mengganti lampu jalan, membersihkan jalan atau selokan, atau pembenahan sarana sosial lainnya,” terangnya.
Lanjutnya, kegiatan kerja bakti dilakukan karena mempersiapkan hari-hari tertentu, misalnya menjelang 17an (hari kemerdekaan), menjelang puasa, atau terkait kegiatan-kegiatan bersih desa dari desa. Menurutnya, kerja bakti memiliki banyak manfaat yang paling nyata.
“Kami bisa saling silaturahim diantara tetangga. Silaturahim dalam kerja bakti, benar-benar nyata. Warga melepas atribut dari kedudukan atau posisinya di kantor atau jabatan lainnya. Tidak masalah ada warga yang berhalangan, karena ada kesibukan masing-masing. Juga tidak terpikir kami dari suku, agama atau golongan mana. Warga yang penting hadir, ngumpul, cerita sambil tertawa dan bekerja,” paparnya.
“Kami hadir dengan tampilan relatif sama dan setara, memakai kaos sederhana, sandal jepit, celana butut, atau topi ala kadarnya. Ikut bergabung juga anak-anak, yang sekedar melihat atau bermain, menemani orang tua. Ada membawa sapu, parang, arit atau perlengkapan pertukangan lain. Kami berinisiatif membawa perlengkapan atau bahan dari rumah sendiri,” tambahnya.
“Pekerjaan yang dilakukan hanya yang ringan-ringan, dengan durasi hanya dua atau tiga jam, dari pagi jam 8.00 hingga 10.30. Pekerjaan yang berat dan serius kami sepakati untuk dikerjakan oleh tukang. Karena itu, yang penting dalam kerja bakti adalah silaturahim. Saya melihat kerja bakti adalah forum warga yang lengkap dengan beragam latar belakang. Rasanya tidak ada forum yang terdiri individu yang plural seperti kerja bakti. Saya seperti merasa wajib hadir untuk kerja bakti, meski tidak trampil dalam hal kerja. Yang penting ngumpul, dan bisa bertemu tetangga dan warga,” lanjutnya.
“Kerja bakti benar-benar bernilai sosial. Hadir di kerja bakti adalah bagian dari kewajiban sosial kemasyarakatan. Nilai sosialnya adalah pada kesediaan warga untuk memberi atau menyumbang tenaga, pikiran, atau bantuan lainnya,” pungkasnya Maimun Ali. (Jojo BN)