SMK Negeri 1 Rejotangan Gandeng JTL Ekspres Aplikasikan Pembelajaran TEFA
Salah satu Jurusan di SMK Negeri 1 Rejotangan (Manajemen perkantoran dan layanan bisnis) melakukan kerja sama dengan pihak “JTL Ekspres ” yang bergerak dalam jasa pengiriman (Foto.dok: Nyoto)
TULUNGAGUNG, BIDIKNASIONAL.com – Pembelajaran Teaching Factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di Industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di Industri.
Pelaksanaan Teaching Factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan Teaching Factory juga harus melibatkan unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencaaan, implementasi maupun evaluasinya.
Dalam hal ini, untuk Pelaksanaan Teaching Factory yang tepat, salah satu Jurusan di SMK Negeri 1 Rejotangan ( Manajemen perkantoran dan layanan bisnis ) melakukan kerja sama dengan pihak “JTL Ekspres ” yang ber gerak dalam jasa pengiriman.
Peluang usaha jasa pengiriman menjadi salah satu trend yang terus meningkat dari tahun ke tahun, ini sebagai bentuk keseriusan SMK Negeri 1 Rejotangan dalam menciptakan siswa sebagai tenaga handal dan profesional yang mempunyai inovasi terbaru serta peluang baru sesuai dengan perkembangan industri 4.0 dan turut serta menciptakan dan memajukan produk Perkembangan teknologi mendorong produktivitas masyarakat dan merubah paradigma dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Kepala SMK Negeri 1 Rejotangan Drs. Masrur Hanafi M.M Pendidikan kejuruan dalam hal ini sekolah menengah kejuruan (SMK) memiliki visi untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja, berjiwa wirausaha, cerdas, kompetitif dan memiliki jati diri bangsa, serta mampu mengembangkan keunggulan lokal dan dapat bersang di pasar global.
Keberhasilan pendidikan kejuruan ini, diukur dari banyaknya lulusan yang dapat bekerja di dunia usaha dan dunia industri (DUDI) atau berwirausaha mandiri. Pendidikan kejuruan berfungsi menyiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja. Supaya lulusan siap memasuki dunia kerja, mereka harus mampu menguasai kompetensi dari kualifikasi kerja sesuai bidang yang dipelajari.
Dalam menyelenggarakan pendidikan kejuruan ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar pelaksanaan kegiatan bisa efektif, seperti lingkungan belajar yang sesuai dengan lingkungan bekerja, kegiatan praktek dilaksanakan seperti dalam bekerja baik cara, operasi dan peralatan yang sama dengan DUDI.
Masih menurut Hanafi, pembelajaran merupakan upaya pengembangan sumber daya manuasia yang dilakukan terus menerus. Isi dan proses pembelajaran perlu terus dimuthakirkan sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan masyarakat. Implikasi nya jika masyarakat menghendaki tersedianya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang berstandar nasional dan internasional, maka isi dan proses harus diarahkan pada pencapaian kompetensi tersebut.
Pembelajaran berbasis kompetensi merupakan bentuk pembelajaran yang diselenggarakan untuk menyiapkan lulusan, agar menguasai seperangkat kompetensi (pengetahuan, keterampilan, kemampuan sikap dan nilai-nilai dasar yang merefleksi dalam kebiasaan berpikir dan bertindak) yang dapat bermanfaat bagi kehidupan peserta didik kelak. Pembelajaran berbasis kompetensi menekankan pada penguasaan kompetensi yang dibutuhkan peserta didik untuk dapat hidup di masyarakat.
“Kurikulum berbasis kompetensi tidak semata-mata meningkatkan pengetahuan peserta didik, tetapi kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran,” ujarnya.
Dengan kata lain, kurikulum tersebut menuntut proses pembelajaran di sekolah berorientasi pada penguasaan kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan, sehingga Harapan sekolah untuk mewujudkan lulusan 80% siap kerja bisa tercapai.
Laporan: Nyoto
Editor: Budi Santoso