Mewujudkan Kampanye Damai dan Berkualitas di Pilkada November 2024
Penulis: Sadryansyah Berutu, S.IP, Alumni Fisip USK, 085262698952, Email:
[email protected]
ACEH SINGKIL – Pada hari rabu tanggal 27 November 2024, dimana hanya menghitung hari kita akan melakukan pemilihan untuk kepala daerah, baik itu di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Tentu saja pemimpin yang akan terpilih harus sama-sama kita support, untuk mewujudkan Good Governance yaitu pemerintahan yang baik.
Namun sebelum hari itu tiba, saya ingin mengingatkan kembali bahwa semakin dekat pemilihan baik gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati atau walikota dan wakil walikota, maka kita harus sama sama menjaga stabilitas politik dan keamanan tanpa ada konflik yang berlebihan.
Akhir-akhir ini saya menyoroti beberapa berita dan isu isu politik yang muncul terutama di Aceh Singkil, mulai dari Rekrutmen PPL yang diduga banyak masalah, sampai pada isu penggiringan opini terkait keterpihakan pemerintah dalam hal ini diisukan PJ Bupati yang memihak ke salah satu paslon yang ada di Aceh Singkil.
Tentunya hal demikian dapat memicu konflik dikalangan masyarakat yang fanatik terhadap kandidatnya, munculnya keraguan terhadap pihak penyelenggara yang pastinya bila digoreng secara berlebihan akan mencoreng demokrasi di Aceh Singkil.
Jujur saya juga pernah membuka ruang komunikasi terhadap kedua calon baik Oyon dan pasangannya, mau pun Bengkek dan pasangannya. baik Oyon dan Bengkek sudah pernah memimpin Kabupaten Aceh Singkil.
Hemat pikir saya seharusnya para tim yang hebat-hebat ini baik 01 dan 02 harusnya fokus pada pemilihan dan mencari simpatisan/pendukung serta pemilih tanpa harus menciptakan manajemen konflik yang berlebihan menyerang instansi atau pejabat supaya disoroti, bagi saya hal demikian sangat tidak etis untuk diteruskan apa bila tidak adanya bukti yang kongkrit.
Saya melihat secara perspektif anak muda dalam pergerakan politik yang dibangun baik 01 dan 02 sudah lumayan modis, menciptakan ruang publik dengan konsep politik ceria dan gembira.
Begitu juga dalam pemanfaatan digitalisasi sebagai sarana politik modern, hanya saja saya sedikit miris ketika membuka kolom komentar terutama di platform TikTok. bahwa masing-masing pendukung saling hujat dan menjatuhkan, yang saya amati rata-rata akun yang toxic pada kolom komentar merupakan akun bodong/fake (palsu).
Maka dari itu saya, tidak bermaksud memojokkan salah satu tim pemenangan, oknum atau bahkan kandidat sendiri yang memicu akan munculnya konflik sosial di masyarakat Aceh Singkil. saya paham kualitas dan kematangan berpolitik mereka diatas saya, namun sebagai Alumni Sarjana Ilmu Politik saya mencoba nimbrung dengan pemikiran sederhana ini.
Bahwa konsep politik radikal dan politik adu domba bukan opsi yang terbaik untuk Aceh Singkil, adu ide, gagasan dan program. itu yang harus dimunculkan, Aceh Singkil harus upgrade. politik hanyalah seni dalam memerintah orang lain, melakukan sesuatu tanpa diperintah.
Seperti pesan Presiden Prabowo pada pidato kebangsaan saat dilantik, demokrasi kita harus demokrasi yang santun, cocok dengan adat dan budaya. demokrasi kalau bertarung tampa membenci, koreksi tanpa caci maki.
Sebagai penutup saya ingin kawan-kawan, pemuda dan pemilih cerdas. berpikir secara rasional bahwa untuk Aceh Singkil yang upgrade, harus memiliki pemimpin yang benar benar berjiwa pemimpin tidak hanya sebagai simbolis, tegas dalam bersikap dan rela berkorban untuk Aceh Singkil. tidak fokus mengandalkan APBK, persentase APBK lebih dari setengah sudah untuk belanja dan gaji pokok ASN setempat.
Bagaimana kedua kandidat dapat merasionalkan antara program dengan rumusan masalah tersebut, sehingga Aceh Singkil upgrade silahkan teman-teman dan masyarakat Cermati.
● Isi Naskah Tanggung Jawab Penulis ●