JATIM

Dinas PUPR Rencanakan Reboisasi Untuk Atasi Meluasnya Daerah Kekeringan di Ngawi

Mafthuh Affandi, ST, MH, Kabid OPBM DPUPR

NGAWI, JATIM, BN – Pengaruh pemanasan global dalam beberapa tahun terakhir memang semakin terasa. Musim yang tak menentu dan suhu yang semakin menyengat membuat kelangsungan makhuk hidup di seluruh dunia juga terganggu.

Di Ngawi karena dampak kemarau panjang yang begitu dahsyat banyak sekali daerah dilanda kekeringan. Sumber-sumber air tak tersisa menyebabkan kebutuhan air bersih untuk keperluan sehari-hari tak terpenuhi. Hal ini membuat warga harus rela antri berjam-jam untuk mendapatkan pasokan air bersih yang didrop oleh pemerintah melalui mobil tanki air.

Memang tak seperti dulu, saat ini setiap kemarau pasti warga alami kekeringan. Kalau dulu, saat kemarau panjang seperti sekarang pasti masih ada sumber air yang penuh.

Hampir di tiap desa selalu ada sumber air misalnya sendang yang tidak akan habis airnya, ungkap salah seorang warga Ngawi yang terlanda bencana kekeringan.

Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan bagi pemerintah Ngawi. Mengapa kini daerah yang terkena kekeringan semakin meluas.

Setelah ditelusuri jawabannya adalah berkurangnya jumlah hutan. Terbukti di daerah Ngawi Timur ada salah satu sumber yang memang tidak mengering, dan bahkan bisa dibilang airnya melimpah. Letaknya berada di dekat pepohonan besar yang asri dan rindang. Jadi kesimpulannya hutan sangat penting bagi keberlangsungan mata air yang sangat dibutuhkan masyarakat tentunya.

Menanggapi hal ini, dinas PUPR berencana adakan reboisasi di sejumlah daerah di Kabupaten Ngawi.

“Kami akan fokus pada daerah yang sering kekeringan jika musim kemarau seperti sekarang ini misalnya Kecamatan Pitu, Bringin dll. Yang lainnya adalah daerah yang rawan longsor di musim penghujan. Dengan reboisasi kita bisa atasi kedua bencana sekaligus karena kurangnya pepohonan memang jadi pokok masalahnya. Guna pohon khan beragam, mereka bisa kurangi penguapan di musim kemarau, menahan struktur tanah, jadi sumber oksigen bagi makhluk hidup dan bonusnya jika tanaman berbuah atau memiliki potensi komoditi tentu menguntungkan bagi warga di sekitarnya,” ungkap Mafthuh Affandi, ST, MH, selaku Kabid OPBM DPUPR saat diwawancarai Bidik Nasional di ruang kerjanya.

Masalah pendanaan, sudah direncana dengan matang. Sebenarnya program awal adalah membuat waduk di beberapa titik di Kabupaten Ngawi. Namun setelah ditinjau dan diteliti lebih dalam biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar daripada reboisasi.

“Faktanya beberapa embung yang dibangun di sejumlah tempat di Ngawi juga tidak berfungsi karena ikut kering. Ini pasti disebabkan pembangunan waduk tidak diiimbangi dengan reboisasi yang maksimal,” tambahnya lagi.

“Tahun depan kami akan ambil jalan tengah saja. Alokasi dana akan dibagi 2 yaitu reboisasi dan pembangunan embung kecil. Kami yakin kalau dua hal ini dilakukan dengan seimbang sedikit demi sedikit masalah-masalah yang terjadi tiap tahun akan terselesaikan. Dampaknya tidak akan instan, namun pelan tapi pasti,” pungkasnya. (Dik/Adv)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button