Zakariya Dzulqarnain Peserta JKN-KIS
SURABAYA, BIDIKNASIONAL.com – Memiliki dua kartu jaminan kesehatan yakni Askes dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) namun nomornya sama, Zakariya Dzulqarnain yang lekat disapa Izul ini sejak mengenal aplikasi Mobile JKN mengaku memilih buka gadget atau handphone dari pada membuka dompet dan isinya.
Izul menyebutkan, seperti dirinya tidak perlu lagi khawatir ketika berobat tapi tidak bawa kartu atau lupa. Selama HP android miliknya tidak hilang, ” saya masih bisa berobat dengan menunjukkan kartu digital yang ada di mobile JKN.
” Terlebih lagi, pekerja seperti saya ini kan lebih sering buka gadget ketimbang membuka dompet. Sehingga, meskipun kartu JKN lupa gak kebawa, tetep bisa berobat kok,” ucap Izul kepada wartawan di Surabaya (20/06).
■ Buka Manfaat Antrian Online pada Mobile JKN
Diceritakan oleh Izul, baru-baru ini dirinya mencoba menggunakan salah satu Fitur di aplikasi Mobile JKN bernama Antrean Online. Menu Antrean online menurutnya sangat membantu pekerja kantoran yang sering dikejar deadline.
” Dengan adanya antrian online ini, saya tidak perlu datang pagi-pagi sekali ke faskes hanya untuk mengejar nomor terdepan. Setelah saya mengambil nomor antrean, saya mendapatkan informasi terupdate tentang Antrean yang sedang berjalan.
Jadi, saya hanya tinggal berangkat dari rumah ke Faskes Ketika antrean pasien lain dan antrean saya menyisakan 2 atau 3 antrean lagi. Dan Ketika sampai di faskes, benar-benar tidak perlu duduk. Karena sesampainya di faskes, sudah giliran saya untuk dipanggil,” terangnya.
Selain itu lanjut Izul, menu antrean online adalah kanal layanan dalam Mobile JKN yang paling ia suka. Antrean online ini sangat memangkas waktu saya yang sebelumnya bisa seharian di faskes menunggu giliran untuk dipanggil dokter,” ucapnya.
■ Terlayani Tanpa Perbedaan, Ibu Berobat Hingga Sekarang
Untuk diketahui, Izul menjadi peserta JKN dikarenakan orang tua perempuannya (ibu: red) dulunya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), Sehingga menjadi peserta anggota keluarga PNS waktu itu.
Dalam penggunaan kartu KIS disampaikan Izul, beberapa kali kartu digunakan ke faskes. Yang paling terakhir dia gunakan untuk cek tentang sakit yang ada di leher. Indikasi dari dokter ada potensi permasalahan seperti benjolan di leher bawah.
“Alhamdulillah sudah mendapat rujukan untuk ke Rumah Sakit, namun masih menunggu waktu sampai bisa berkunjung ke rumah sakit untuk lanjut berobat.
Sejauh pengalamannya, berobat menggunakan layanan BPJS sangat memuaskan. Untuk manfaat pengobatan sendiri, tentunya perawatan.
” Dulu saya pernah menggunakannya juga Ketika kaki saya babras setelah kecelakaan. Diobati, diberikan obat, kaki saya dibersihkan. Dokter pun benar-benar melayani dengan baik. Saya juga mendapatkan obat, dan waktu kapan harus Kembali lagi untuk kontrol di faskes. Dokter pun tidak membeda-bedakan pasien JKN atau pasien umum. Dan menurut saya sangat baik saat memeriksa pasien,” bebernya.
Sementara itu, begitu juga orang tua perempuan sambung Izul. “Sampai hari ibu saya selalu rujuk balik ke RS. Soewandhie untuk check up tentang kondisi syaraf yang sebelumnya menyebabkan kaki ibu saya sulit untuk digerakkan untuk berjalan. Alhamdulillah sejauh ini, semakin ada perkembangan yang baik,” sebutnya.
Diakhir keteranganya Izul berharap, “BPJS bisa menjangkau mereka yang gaptek-gaptek, seperti ibu saya. Karena Mobile JKN ini sangat mudah apabila pesertanya melek teknologi, dan Hp nya sudah android.
Untuk mereka yang gaptek atau sudah lansia, rasa-rasanya sangat sulit untuk menerima pembaharuan peradaban berupa mobile JKN ini. Sehingga, kalau dari saya sih, ada semacam inovasi-inovasi atau fitur yang dapat mempermudah para lansia dan person yang gaptek untuk memanfaatkan fasilitas luar biasa yang diberikan oleh BPJS Kesehatan,” tutupnya.
Laporan: boody
Editor: Budi Santoso