JATIM

PUSKESMAS KLATAK BANTAH MENINGGALNYA ATALLA ASKHA DIDUGA AKIBAT IMUNISASI DEFTERI

Tim Dinkes Banyuwang ketika Silahturrohmi di rumah orang tua Almarhum Atalla Askha

BANYUWANGI, JATIM, BN – Tim Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi yang di pimpin oleh dr Kusyanto, Bidang Yanmas dan beranggotakan 11 orang datang ke rumah orang tua Atalla Askha untuk memberikan klarifikasi soal meninggalnya Attala Askha dan meminta maaf terkait tindakan bidan yang melakukan imunisasi, Selasa (19/2/2018)

Rombongan Tim Dinkes datang sekitar pukul 3 sore langsung diterima oleh Bu Khotijah/nenek Atalla dan Bu Wiwik Suciati, ibunda Atalla Askha serta didampingi Daud Djoni, kakek Atalla. Tujuan tim dinkes tersebut untuk silahturahmi dan klarifikasi.

dr Kusyanto Ketua tim dalam silahturohmi menuturkan kedatanganya ingin minta maaf kepada keluarga Atalla, ” kami minta maaf kalau ada kekurangan dan kesalahan dari bidan maupun pihak puskesmas, “ucap Kusyanto

“Kami datang kesini, sebelumnya mohon maaf apabila bidan SM atas kelalaian cara tangani pada pasien adik Atalla yang saat itu ada kegiatan imunisasi di Posyandu. Kami akan membenahi cara pelayanan agar lebih baik lagi, “tambah Kusyanto.

Atas meninggalnya Atalla, Kusyanto menyampaikan ikut bela sungkawa. Kusyanto juga menerangkan kalau Atalla kena tipes akut berdasarkan dari hasil lab sampel.

Tim Diskes Banyuwang sedang berbincang dengan Daud Djoni (baju putih) Kakek Almarhum Atalla Askha

Terpisah bidan SM juga mengucapkan ikut bela sungkawa dan minta maaf pada keluarga, terutama pada neneknya Atalla Bu Kotijah dan Bu Wiwuk Suciati, ibu kandung Atala.

“Sudah apes saya Bu Kotijah, saya minta maaf pada Bu Wiwik Suciati dan Bu Kotijah nenek Atalla, sudah nasib saya bu Kotijah, “ucapan bidan SM.

Pihak keluarga melalui Daud Djoni mengatakan, “saya sama keluarga sudah iklas atas meninggalnya adik Atalla, walapun batin masih blum percaya secepat itu Atala dipanggil Allah SWT, “kata Djoni

Menurut Djoni, “kalau awal mau disuntik difteri Atalla sehat hanya belum makan, yang jadi pikiran saya sama keluarga apa benar tipes akut secepat itu kena tubuh Atalla sampai panas tinggi 38 derajat saat dibawa ke RSUD Blambangan, “tambah Djoni

“Pada waktu masuk menurut dokter jaga di RSUD waktu itu tensi 37 derajat, ini sudah tinggi badan Atalla. Tetapi menurut bidan SM tensi 38 tidak apa-apa nanti panas turun karena bawaannya suntik difteri, “ungkap Djoni

“Saya menduga kelalaian bidan SM saat mau suntikkan difteri karena tidak cek kondisi Atalla. Sehingga Atalla dalam kondisi kena tipes akut di imunisasi, “ungkap Djoni

Djoni menceritakan, awal Atalla di Posyandu untuk disuntik imunisasi beberapa hari tidak turun panasnya, Wiwik langsung membawa kembali ke bidan SM

“Keterangan bidan SM ngak apa-apa nanti panasnya turun padahal sudah di cek 38 derajat panasnya. Bidan lalu memberi obat untuk tangkal turun panas tapi Atala tidak turun panasnya. Langsung saya sama Bu Kotijah dan Wiwik membawa ke RSUD Blambangan, “ujar Djoni.

“Sampai di RSUD Atalla dicek dokter 37 derajat, sudah tinggi panasnya, sehingga darahnya ngak bisa disedot untuk di cek dan Atalla terus kekurangan cairan sehingga Atalla meninggal, “tambah Djoni.

“Penanganan pasien Atala di RSUD Blambangan sudah baik, Tetapi sayangnya, hasil uji atau lab atau resume baru tahu kemarin, itupun Atalla sudah almarhum,” ungkap Djoni.

“Harapan saya keluarga jangan ada korban Atalla – Atalla lagi, petugas medis harus profesional, transparan dalam tangani pasien sesuai SOP kesehatan, “pungkasnya.

Almarhum Atalla Askha saat tiba di RSUD Blambangan

Terpisah, drg Zelfia Kepala UPTD Puskesmas Klatak mengatakan, pihaknya sudah melakukan klarifikasi dengan bidan yang menangani dan telah mengadakan pertemuan dengan pihak keluarga untuk klarifikasi masalah kejadian yang di alami adik Atalla Askha.

“Intinya pada adik Atalla Askha terjadi koinsiden yang artinya ada dua kejadian yang bersamaan. Pertama kejadian yang dialami memang dia melakukan imunisasi, Kedua terjadi infeksi kuman, “kata Zelfia.

Pihak Zelfia menjelaskan kejadian yang di alami Atalla ini di sebut KIPI, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). “Jadi ini bukan kejadian yang disebabkan imunisasi, “ujarnya.

“Dibedakankan ya, ini sekalian sosialisasi. Namanya KIPI itu pak, kejadian ikutan pasca imunisasi. Adik Atalla itu meninggal bukan karena imunisasi, tetapi karena infeksi kuman, “terangnya

Zelfia, beralasan akibat dari imunisasi tidak akan menimbulkan diare, ” berdasarkan resume terakhir yang kami baca, Almarhum adik Atalla mengalami dehidrasi berat dan diare. Diarenya disebabkan GEA (Gastroenteritis Akut), GEA itu kuman Salmonella, “terangnya.

Namun anehnya, Zelfia beralasan bahwa kuman Salmonella menyerang otak Atalia, “Salmonella bisa menyerang apa saja, paru-paru, jantung dan otak. Kebetulan yang yang terjadi pada adik Atalla menyerang otaknya, sehingga menyebabkan kejang-kejang dan mengalami dehidrasi berat dan diare ketika dibawa ke rumah sakit. Hal itu yang menyebabkan Atalla meninggal, “ungkapnya.

Almarhum Atalla Askah ketika berjuang  di RSUD Blambangan

Menurut Zalfia pihaknya sudah melakukan klarifikasi kepada bidan dan ditemukan fakta bahwa bidan sudah melakukan scraning kesehatan kepada Atalla, “ketika di imunisasi, bidan mengakui kondisi adik Atala sehat, “ujarnya.

“Pada tanggal 10 Febuari 2018 ada sebanyak 22 anak yang akan di imunisasi, 2 menyatakan kondisinya kurang fit menurut penuturan orang tua anak karena badan panas, bidan tidak melakukan imunisasi. Saat adik Atalla akan di imunisasi kondisinya sehat dan tidak ada masalah apa-apa, lalu dilakukan imunisasi, “bela Zelfia.

Kemudian setelah di imunisasi lalu timbul panas dan diare, “pada tanggal 13 Februari 2018, Atalla dibawa lagi ke bidan, oleh bidang dikasih obat parasetamol, kotrin (antibiotik) dan vitamin b komplek. Bidan sudah melakukan tindakan sesuai dengan prosedur,”tambahnya.

“Bidan menerangkan, saat dibawa ketempatnya kondisinya sehat, Atalla bermain balon. Dia juga berpesan diberi minum yang banyak dan asupan makanan. Kalau sakitnya tidak sembuh segera membawa ke puskesmas atau rumah sakit, “belanya Zelfia.

Ternyata, menurut penuturannya Zelfia, panasnya Atalla akibat adanya infeksi kuman, “panas dan diare yang dialami adik Atalla bukan karena akibat imunisasi tetapi akibat dari kuman Salmonella. Jadi kejadian meninggalnya Atalla bukan karena di imunisasi, “kilahnya.

Zelfia menerangkan berdasarkan keterangan bidan tentang kronologi yang dialami Atala ,”tanggal 10 Februari 2018 dilakukan penyuntikan, badan panas dan diare, tanggal 13 Februari 2018 dibawa berobat ke bidan tanggal 15 Februari 2018 mengalami kejang-kejang dan dibawa ke rumah sakit dan tanggal 16 Februari 2018 meninggal dunia. Antara tanggal 13 – 15 Februari adalah masa blood loos, “jelasnya.

Ditanya BN, tentang penuturannya dari ibu Atalla tentang informasi dari bidan bahwa tanggal 13 Februari 2018 ketika dibawa berobat suhu badanya sudah tinggi, oleh Zelfia dijawab bahwa bidan tidak memberitahu informasi ini, “fakta ini tidak dimunculkan oleh bidan kepada kami. Kami catat dan akan kami croscek ke bidannya. “Pungkasnya. (tim BN Banyuwangi)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button