Proyek RS Pratama Rupat diduga tak sesuai bestek (Foto: Agung M)
BENGKALIS, BIDIKNASIONAL.com – Kisruh pemberitaan pembangunan Rumah Sakit Madya di Desa Tanjung Punak mendapat respon yang amat keras dari Masyarakat dan tokoh Pemuda di Pulau Rupat. Dalam pemberitaan terkait disebutkan bahwa proyek yang berskala besar dengan harga Rp 43 Milyar itu diyakini memakai pasir pantai, yang jelas sudah menyalahi aturan dalam pembangunan.
Dalam hal ini juga dengan naiknya pemberitaan yang menjadi trending topik di group wa Humas Polres Bengkalis ini terus menuai polemik dan mendapatkan perhatian khusus dari kalangan para warga maupun Wartawan di wilayah Bengkalis. Bahkan ada jurnalis salah satu media yang berani komentar bahwa pekerjan itu sedari awal udah tidak ikut bestek pekerjaan dengan memasukan pasir pantai dan pengecoran manual, guna pembuatan tapak pondasi rumah sakit tersebut tampa adanya mesin molen mixer yang dipakai untuk pengadukan semen.
Hal ini memang dibuktikan oleh informasi yang beredar dari nara sumber yang dapat di percaya bahwa salah satu pihak pemborong mengatakan bahwa memang benar pengecoran tapak pondasi seharusnya memakai mobil mikxer dan bukan pakai mesin molen biar hasilnya maksimal. Dan menurut informasi itu lagi untuk sementara waktu pemakaian pasir pantai di tiadakan dahulu karena diungkap media. Dan juga untuk pemakain air bersih pengecoran memakai air payau, bukan air bersih yang sesuai bestek pekerjaan.
Terkait pemberitaan yang beredar tersebut Masyarakat Rupat khususnya amat puas dengan adanya berita yang direalease oleh beberapa media yang tergabung di dalam Forum Wartawan Rupat tersebut dan merasa terwakili serta memberikan acungan jempol bahwa wartawan bergerak sesuai dengan tupoksi mengawal uang negara dari para Mafia Insfrastruktur, dengan dalih pembangunan yang tidak sesuai bestek pekerjaan seperti yang diharapkan oleh pemerintah dan masyarakat.
Beragam respon diterima oleh pihak media perihal pekerjaan tersebut. Menurut laporan masyarakat lagi adapun tapak bangunan tersebut semuanya memakai pasir pantai yang dibeli dari pada toke gelap yang tidak memiliki izin dan tidak jelas dari mana dapat pasirnya. diduga pembuatan tapak bangunan tersebut tidak memakai mesin mixer alias mobil molen hanya memakai tenaga manual disertakan mesin molen biasa.
Menurut mereka lagi itu seharusnya memakai pasir curup, tapi mengapa memakai pasir pantai yang dibeli secara sembunyi sembunyi oleh para pemborong nakal yang dimasukkan malam malam memakai mobil pick up. Sementara di Rupat ini sendiri pemerintah belum pernah mengeluarkan surat izin galian C buat masyarakat. Apalagi dengan proyek yang dananya sebegitu besar sudah tentu pemerintah cukup selektif memilih pemborong pekerjaan tersebut.
Berbicara dengan media forum wartawan Rupat di rumah makan Desa Pangkalan Nyirih sekira jam 11,00 wib (Selasa, 26 September 2023) seorang pejabat ASN mengatakan bahwa pekerjaan itu diluar kendali tim TPK. Dan membiarkannya kepada pemborong dan mandor sehingga mereka bekerja sesuka hati karena di luar pengawalan.Sementara pekerjaan yang paling penting dalam sebuah bangunan adalah pondasi dan juga kwalitas bahan. Apa lagi ada informasi pengerjaan tapak pondasi bangunan tersebut secara manual,dan penggunaan pasir pantai, Dimanalah kwalitasnya akan Baik.
Salah seorang tokoh pemuda juga berkata bahwa mereka berharap ke pada media yang tergabung di dalam Forum Wartawan Rupat agar pekerjaan ini terus di kawal. Apa bila tidak dikawal oleh pihak media dan juga para petugas yang mempunyai kewenangan di ranah pekerjaan tersebut suka suka hati para pemborong aja memakai bahan yang jauh lebih murah serta tidak sesuai dengan bestek dan aturan pekerjaan.
Salah satu warga juga berkomentar bahwa lebih baik pekerjaan tersebut di hentikan buat sementara waktu serta meminta kepada Camat dan Dinas terkait untuk menurunkan tim, guna melihat kwalitas pekerjaan tersebut, serta membawa contoh meterial yang telah dipakai untuk di uji, sampai dimana kwalitas bahan tersebut, dan sekiranya tak sesuai prosedur ulangi lagi pekerjaan tersebut sedari awal atau pemborongnya ditukar karena di duga telahpun gagal dalam pekerjaan.
Menyikapi beragam komentar dari masyarakat dan figur publik pihak media meminta waktu untuk berkoordinasi dengan Dinas terkait serta penanggung jawab dari pekerjaan tersebut. Pihak media mencoba menghubungi pihak mandor pekerjaan tersebut tapi jawaban yang diberikan berdalih dalih, Dengan mengatakan pihak Bos pemborong sedang tidak di tempat serta berusaha menutupi keadaan yang terjadi sebenarnya.
Laporan: Agung.M /team
Editor: Budi Santoso